seraya, aksara dan cahaya.
di Timur,
mata-mata jadi saksi merapatnya kesadaran pada permukaan,
itu adalah sejenak pada akhir lelap.
jemari dengan ruas-ruas langsing dan buku-buku tajam sibuk menuai aksara sebelum mereka membusuk di pojokan sebentuk ingatan.
di Barat,
kaki-kaki sebagaimana biasa memperlambat langkah, dan lalu terseok.
seperti ia pun kehilangan cahaya yang tadi adalah arah.
dan mata sibuk mengejap, mencoba-coba membaca lukisan jejak tarian cahaya matahari, sebelum mereka lalu lenyap serupa berkas matahari yang berjemput malam.
. . .
pada langit,
semburat pun bertukar rembulan.
seraya bimbang yang terlahir bersama hilangnya matahari dari jangkauan pandang.
seraya detak tak beraturan yang menyesakkan logika.
pada langit,
rembulan pun (sesekali) perlu nampaknya berlindung mendung.
No comments:
Post a Comment