29.6.18

sampai nanti.

januari 2005 - juni 2018.
ternyata sudah selama itu saya memiliki pondok berteduh yang nyaman.
tempat bermain kata, membolak-balik rasa, menguji pola pikir,
bertemu sisi-sisi lain dalam diri. sesuka hati.

namun pada akhirnya seperti segala sesuatu yang tumbuh, seperti waktu
yang bertarik-ulur bersama memori, juga rasa ingin tahu
yang bisa lahir kapan saja dan setia menanti untuk terpenuhi,

maka di sinilah saya.

memutuskan untuk meloncat keluar dari kenyamanan yang mulai menyesakkan ini.
berpindah dari satu keterasingan ke keterasingan lainnya.
karena tidak ada hal yang benar-benar sama antara hari ini
dan kemarin, sebulan lalu, setahun lalu, dan tigabelas setengah tahun lalu.

seperti pepatah: kesadaran selalu tahu,
kapan harus memulai, kapan harus berjeda dan berjarak,
kapan harus berbelok, kapan harus berbalik arah,
dan kapan harus berhenti.

serial perhentian yang mungkin sudah dimulai tanpa,
kini saatnya digenapi dengan, sadar.

demikian,
mohon maaf, terima kasih, dan
sampai nanti :)

22.3.18

.5

Saya bukan penulis, jadi menggunakan istilah writer's block rasanya terlalu berlebihan. Namun rasanya memang tidak ada frasa lain yang bisa dengan benar menggambarkan apa yang saya alami selama beberapa tahun belakangan ini. Menulis memang adalah salah satu cara saya mengeluarkan isi kepala dan hati, yang sampai saat ini masih saya percaya menjadi sahabat baik setiap saya merasakan tekanan dalam diri, maka tentunya kondisi writer's block ini membuat saya sering merasa sesak.

Saya lupa kapan tepatnya kondisi ini bermula. Namun saya ingat kira-kira setelah saya pindah ke Jakarta di semester akhir 2013, frekuensi menulis saya menurun hampir sangat drastis. Letupan-letupan bukannya tidak ada. Namun pelan-pelan saya lebih memilih untuk tidak mencatatnya dan malah membiarkannya lebur saja bersama udara, saat itu. Saya pun lalu mulai kehilangan kendali akan setapak-setapak yang saya buat, baik sengaja maupun tidak. Dan lama-lama, saya pun mulai kehilangan diri saya sendiri.

Kalau boleh membuat alasan, sejujurnya saat itu saya merasa roda kehidupan saya berputar cepat sekali, tidak memberikan waktu untuk banyak berpikir. Apalagi menulis. 

2013-2014 bukanlah tahun-tahun yang baik bagi hati saya. 2015-2016 yang saya sangka akan lebih bersahabat, nyatanya sama saja. Namun bedanya, di dua tahun yang terakhir itu saya sudah lebih bersahabat dengan diri yang gelisah, antara ingin tanah untuk berpijak dan langit untuk terbang. Tetap saja, bukan tahun-tahun yang baik untuk membuat keputusan apa pun, tetapi pada akhirnya saya membuat satu keputusan yang membawa saya ke titik yang ini. Titik yang (tetap) penuh abu-abu, tetapi dengan rona yang membuat saya (merasa lebih) bersinar, ini saya yakini sepenuh hati.

Sampai di sini, pertanyaan itu kembali: bisakah saya menulis kembali?

13.2.18

.4

Sometimes we need to keep life in check. Whether we're happy, or unhappy. Whether we're on track or of track. And not because life is a checklist.
.
There are some things I'd been trying to manage: a not-so-deep curiosity. Things those always intriguing me to answer needless questions, to reactive towards unnecessary conflicts, to assume things those are clear as passing cloud. Things those I thought will tie me close to home, yet they made the distance wider.
.
I always wonder, of those who are now being faraway from home, just I do, how do they maintain their presence back home. How do they stay confident that they were not missing any piece of love. And all the while they live a separate phase of life. How can they be okay and not pretending that they are not?
.
I'd be lying if I said I didn't miss home. I do. So much, but not that so. Going through several months on my own, I finally realized that I am now being separated from all the familiar comforts I used to being close to. And to my surprise, I kind of love this new fact.
.
A fact that includes a condition in which I should expect for more loneliness, the beautiful version of it. A kind of loneliness that is not tearing me into pieces, but helping me to collect the scattered pieces instead. And I'm enjoying the phase slowly, and happily.
.
It might not always be a brand new happy life, but it must be one of those moving forward series. Going towards different direction is one kind of a beautiful open ending. A not-so-freshly-started life, but hey, life is always fresh!
.
While keeping all my respect and admiration and love and longing and secret hope, I'd like to genuinely ask you: will you let go of me?

11.1.18

.3

Berjalan di atas awan, mungkin tak jauh bedanya dengan
berjalan di atas kenyataan.
Penuh tanya, sambil penuh lamunan:
kopi hari ini, apa perlu diminum?

Bahagia selamanya, hanya ada pada dongeng dalam dongeng.
Bahagia yang sejati, sementara saja. Seperti nyamuk yang mendengung
di musim-musim panas,
yang selalu segera berlalu tanpa perlu ditepis.

Kota-kota persinggahan selalu sama,
bangun di saat suhu lima, dan tidur di saat suhu dua lima.
Termometer itu bernama hati,
diikuti sepi, namun juga mimpi.

Dermaga masih berkabut,
dalam jarak yang tak juga berkelebat.
Dari awan ke laut,
pada tinggi yang mana jangkar bisa kusangkut?