adalah semacam tanda minta ampun kaki-kaki juga tangan-tangan yang tidak bisa diam.
ayunan badan, juga tutur kata dan garis bibir menjadi di luar kendali, begitu pun dengan sarunya batas antara cerita-cerita dalam kepala dan gerakan-gerakan nyata di bawah sadar.
kantuk,
adalah begitu raga tak (lagi) peduli akan ada dan tiadanya matahari sebagai penanda.
adalah begitu raga tak (lagi) berdaya atas desakan lelap untuk melarut bersamanya.
.
bermalam aku pada benakmu,
menyisakan redup lampu di belakang, pada balik bayang-bayang kelambu jejaring cerita yang tak jadi.
bermalam aku berbekalkan kantuk tiga malam,
menyisakan (hanya) jiwa-jiwa yang berlalu-lalang tetap terjaga.
No comments:
Post a Comment