11.12.17

.2

penghujung musim jatuh,
adrenalin menderas pada suhu beku.
rasa pun masih aku kira-kira,
antara percaya dan tak percaya pada tiupannya
karena masih ada batas-batas bergeming.

kalau tidak masuk ke gua kelelawar itu
mungkin definisi jatuh cintaku hanya sebatas tebing di pantai-pantai drama
sekali dan habis.
namun ini, serba hati-hati dan pelan-pelan.
dan tidak sendirian.

sekian kali patah hati,
aku tahu: Tuhan selalu menemani.
namun dibiarkannya luka itu
supaya kamu belajar, katanya,
dan supaya kamu mau jatuh lagi.

mungkin nol celcius memburamkan batas antara
kegelisahan, kesendirian, dan keinginan.
memberikan jarak terjauh
bagi jiwa, akal, dan hati dalam saling melangkahi.
namun tidak sampai saling menutupi.

aku ingin bilang, bahwa perasaan adalah titipan semesta.
dan ingin kukembalikan (saja) padanya.
tidak begitu jalannya, katanya.
perasaan adalah keseimbanganmu,
jeda antara percaya dan pencarian dan cita-cita.

jeda yang tak punya tempat kembali,
kecuali pada waktu yang melahirkannya.

.1

mengingat Tuhan itu adalah untuk diri sendiri, bukan untuknya apalagi mereka.
kadang genggaman dunia menjauhkan diri dari mengingatnya (dengan seharusnya),
kadang hingga cukup sampai di mengingatnya (secukupnya).

namun mengingat adalah perkara percaya;
percaya yang mendahului yakin. yakin yang sering dijadikan sembarang tahta.
tahta yang sering dipersepsikan sesukanya, dan dipaksakan atas semua.

orang bilang, diri tidak tenang mungkin karena jarang mengingatnya.
tapi mereka tahu apa tentang mengingat (setulusnya)?
tidakkah mereka menerima, ada hal-hal yang tidak selesai (hanya) dengan mengingatnya?

mengingat Tuhan adalah perjalanan mencarinya.
dan dalam setiap perjalanan yang ia ciptakan; dititipkannya:
jiwa, akal, dan hati. untuk digunakan sebaik-baiknya,
untuk mengingatnya,

bukan mendefinisikannya dengan suka-suka.