11.9.13

bayang.

saat matahari tepat di atasmu,
percayakanlah semua pada bayang-bayang dirimu.

karena ia sedang yakin-yakinnya
dengan hati tertanam pada bumi :

tentang keraguanmu, yang menjadikannya ada
dan tentang kesepian itu tidak punya bayang-bayang.

8.9.13

[notes] cool.

who does not want to be cool.
i'm dying to be one.

but how i wish to hear "yeah, you're cool"
to come from within me, from all i got inside :
mind and soul.

i don't really need all the outsider to say so,
if it means i had to let my inner bear the pain.

and i don't think God had "cool" box on the list of His final examination for us.

[notes] bold.

i wanna be brave for me,
for i long too the firmer version of you.

if these were to scare you off,
i rather had you runaway with the scary image of me
than to give up being bold for the future ahead the two of us.

maybe you're just not so for me.
maybe we're not meant to grow together.

7.9.13

selamat pagi.

suatu hari pagi datang pelan-pelan,
menghapus merah dari subuh
dan menebarkan debu-debu penanda adanya matahari.

embun pergi pelan-pelan,
membawa sisa-sisa nafas menderu
pelingkar malam-malam pencari bintang.

matahari berbincang lama-lama,
dengan balik bumi yang diucapkannya sampai jumpa
setiap warna-warna merah subuh menjemputnya.

dan aku berbaring lurus-lurus,
menekan telapak tangan kuat-kuat ke tanah
berharap bumi mau berhenti berputar sebentar saja.

karena sekali waktu
tidakkah kamu ingin menahan pagi dalam beberapa jarak,
untuk sempat memberikannya senyum pertamamu?

6.9.13

hujan malam.

karena hujan
datang dan pergi seperti suatu yang tanpa batasan

tetes dan tetes berebut turun ke bumi di waktu gelap,
merasa diri yang paling terang
untuk sang langit yang memang malam

karena hujan
pembuat jalan pulang yang tak pernah tersesat

berkejaran dalam lingkaran yang sama,
dari laut lalu ke langit
lalu turun ke hati
membasuh rasa-rasa yang berkarat oleh ingatan

dan malam,
berpura-puralah ia dalam kesepiannya
sementara di balik layar ia diam-diam bahagia berdansa bersama rerintik, yang lagi sedang pulang.

1.9.13

september.

musim mendatangkan cita-cita,
musim juga yang membesarkannya

musim lalu membiarkannya terbang,
atau menguburkannya dalam-dalam, membusuk hingga terurai

musim juga yang memanggilnya kembali,
mengadakannya dalam satu tiupan angin seperti ia membalik diri

september datang saat musim sedang di tengah-tengah membalik arah,
tersenyum dari samping memenuhi panggilan tetibanya

yang selalu ingat waktu september dibiarkannya berlalu.

putih.

ingatkah kamu ketika suatu hari kita bertengkar tentang warna purnama?
kamu bilang bahwa ia gading seperti kelambu tua di kamar nenek. aku bilang ia oranye seperti matahari pada gambar-gambar anak kecil. lalu dia datang dan bilang bahwa ia putih.

lalu ingatkah kamu ketika beberapa lama setelah itu kita saling berbicara tentang rasa sepi?
kamu bilang sepi itu seperti warna merah yang tegar sendiri. aku bilang ia seperti warna biru yang sendu. lalu lagi-lagi dia datang dan bilang bahwa sepi itu lagi-lagi seperti warna putih.

akhir-akhir ini kita sibuk menginginkan hal yang tidak biasanya kita inginkan. kamu dan aku sama-sama ingin menulis cerita pendek saja, tentang persaling-silangan warna-warna, yang berakhir dengan putih. hingga di akhir hari, kita tidak juga bisa mengingat mana yang berlawan dengan mana. lalu ia datang, duduk di antara kita dan bercerita. tepatnya menelurkan dari mulutnya pasangan-pasangan warna yang (tadinya) ingin kita rangkai itu. persis. kamu lalu mencatatnya, berterima kasih, kemudian pergi.

tinggal aku dan rasa ingin tahu yang masih bersisa : kenapa putih?

dan ini katanya : tidakkah kamu ingat, sebelum mata kita, bukankah segala sesuatunya adalah putih?


rasa penasaranku pun (rasa-rasanya habis).