31.10.11

abu-abu (3)

biar hujan turun, bercerita tentang luka yang terbawanya
kepada bawah tanah

biar malam hentikan rintik, dengan senandung pengusir perih
ternyanyikan untuk luruhnya cinta yang datang belum lagi setengah jalan.

abu-abu adalah ilusi,
seperti juga luka, dan (mungkin saja) cinta.

30.10.11

sesungguhnya merasa sesak itu manusiawi adanya,
akan tetapi jika terlalu sering, jangan-jangan itu tanda hati sedang tercekik dan sebentar lagi mati
atau tanda kepala memutuskan untuk kalah pada emosi.

sesungguhnya merasa sesak itu manusiawi adanya,
dengan satu (saja) yang terpercaya untuk lepaskan jerat hati dan padamkan sang bara emosi.

di manakah kamu?

abu-abu (2)

maka jadilah aku abu-abu,
berjalan menuju putih, juga menuju hitam (dalam hitungan masa yang sama)
pada dua titik yang berbalikan bagai dua sisi mata uang.

maka jadilah aku abu-abu,
melebur bersama waktu yang bukan milikku, juga bukan yang memilikiku
menapakkan seutuh jiwa pada putih, dan seutuh jiwa pada hitam.

maka genaplah perjalanan.

abu-abu (1)

bahkan pada relativitas pun ada satu titik acu,
yang terhadapnya abu-abu dapat mengatakan bahwa ia ada di antara hitam dan putih.

dalam segala ketidakpastian,
mungkin hanya semesta yang paling beraturan dalam ketidaktertebakannya. jadilah ia titik itu.

tapi ia terlalu luas.

maka carilah mata-mata yang tersebar di penjurunya,
mata-mata milik jiwa-jiwa yang dulu pernah saling berjanji untuk bertemu
pada suatu masa setelah kaki-kaki menjejak bumi yang satu.
tidakkah dulu itu semua sama-sama melihat betapa kecilnya semesta,
dibandingkan hidup yang (bahkan) belum sampai?

lalu sekarang lihatlah,
tidakkah hidup itu telah menjadi besar dengan semesta sebagai pusatnya?

“Not everything that counts can be counted, and not everything that can be counted counts.”



— Albert Einstein

28.10.11

sumpah pemuda.

janji adalah kapsul waktu yang mengubur jabat erat tangan-tangan hangat
di dalam bumi yang mengusang bersama zaman

ketika roda waktu bergulir dengan langit yang berganti-ganti warna,
janji adalah pemeluk rasa percaya bahwa matahari itu adalah pasti


selamat hari Sumpah Pemuda, Indonesia!
mari sama-sama mengingat untuk selalu membawa tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia
di dalam setiap tetes darah dan keringat bernama karya,
pada belahan bumi manapun, pada rentang waktu kapanpun

karena jarak dan waktu bukan alasan untuk melupakan selembar janji,
selama ia masih terkandung oleh pertiwi.

[music video] DBSK - Step by Step

Hari-hari ini saya sedang suka-sukanya dengan salah satu boyband asal Korea ini. Berawal dari rasa penasaran setelah mendengar nama DBSK ini disebutkan oleh salah satu teman, di tengah-tengah mumetnya kami oleh t***s, saya pun iseng mengetikkan nama tersebut pada kolom search Youtube. Lalu 'mendaratlah' saya pada Bolero, yang membuat saya langsung jatuh cinta pada pendengaran pertama (akan lagunya) dan pada pandangan pertama (akan video musiknya). Diikuti berturut-turut oleh Doushite Kimi Wa Suki Ni Natta Shimattan Darou, One, Balloons, dan akhirnya sampai di salah satu single awal mereka : Step by Step.

Dan sungguhlah, saya suka sesuka-sukanya dengan video musik ini. *heartbeat*


Supaya adil, saya pasang juga video kesukaan saya nomor enam dari mereka, "O" (Jeong. Ban. Hap. - 正.反.合.) the Korean Version (tentunya terlepas dari tarian pada awal video yang membuat saya ingin tertawa setengah mati).


Saya bilang supaya adil adalah karena kedua video tersebut menampilkan image DBSK yang cukup berbeda. Yang satu penuh senyum manis dan tarian 'ringan' a la boyband, sedangkan yang satu lebih serius dan (katanya, menurut informasi yang saya baca mengenai video tersebut pada salah satu laman web) bermisi membawa pesan terkait perdamaian di dunia, dengan tarian yang agak lebih 'menyentak'. *tsahhh*

Sayang sekali saat ini hanya 'tersisa' dua orang di dalam boyband ini, sedangkan tiga orang lainnya keluar dan membentuk kelompok baru. Cerita lengkapnya dapat ditelusuri lewat laman pencari. *pemalas*

Bagaimanapun, terlepas dari sedikit rasa menyesal mengapa saya tidak menemukan boyband ini pada masa-masanya mereka baru terbentuk dan berjaya, saya sangat menikmati musik mereka (beserta video-video musik yang melengkapinya) ketika mereka masih utuh berlima.

Terdengar lengkap. Terlihat lengkap. Dan terasa genap :)


catatan : 
dalam (kembali) menjadi seorang penggemar dari sesosok artis, mungkin segala penilaian saya terhadap kelompok ini terbaca agak berlebihan. namun dalam hal ini juga, bagi saya subjektivitas adalah hal yang mutlak dan tidak bisa diganggu gugat, oleh siapa pun ;) *eaaa *kumat ngototnya :))

27.10.11

titik nol.

jika segala sesuatunya punya masa,
seperti matahari,
terbit lalu terbenam,
sebagai satu putaran kecil
seperti bulan,
baru, purnama, lalu mati,
sebagai satu putaran besar
seperti muka air laut,
pasang lalu surut, mengikuti aturan sang bulan,
sebagai bahasa bumi untuk gelap dan terang
seperti musim,
berlahir sebagai semi yang hijau lalu lamat menjingga, menghangat sampai jadi merah bara dan lalu mengering, menggugurkan sisa-sisa kuning pada tanah hingga kembali ia terkubur putih yang dingin,
sebagai rangkuman aksara pewarna cerita

maka adakah sebuah awal, yang (berkali-kali) datang (tentunya) mengikuti setiap suatu akhir,
-- atau sebut saja dia titik nol --
juga punya masa?

jika dia (juga) punya masa, apakah pematrinya adalah hati yang (sekali lagi) mati terhadap rasa?


3.51, sebuah catatan untuk emosi yang berwarna abu-abu jalan buntu

26.10.11

badai dan petir.

mencintaimu adalah satu zona nyaman yang enggan betul aku tinggalkan,
ia telah menjeratku dalam rasa yang tanpa batas,
dengan harap yang mengerjap seumpama teka-teki tak berjawab.

mencintaimu adalah seperti menulis surat tentangan pada dunia,
dan tinta merah pada setiap barisnya tidak lupa berakhir dengan kata 'kecuali'
yang diikuti oleh deret kata yang berulang : namamu.

mencintaimu adalah sebentuk ruang bawah tanah yang kedap badai dan petir.
di dalamnya bisa aku bersembunyi sampai mati.
hingga lalu dari salah satu bilik hati perlahan keluar sebuah tanya.


seperti apakah rupa badai dan petir? ceritakan padaku...

25.10.11

negativity.

i used to think that whenever i was sinking into negative kind of emotions, i should restrain myself from writing, anything (including blog post or even mere status or shout out). just to prevent any further regrets. just to give myself more time to cool down.

but ever since i realized that having negative emotions is not a bad thing, at all, i started to think that whenever such emotions came i should see them as challenges to have my behavior towards it to be under my own control. how? still, through my favorite thing : writing. 

it's about how to transfer my negative emotions into one piece of writing that won't reflect anything negative in the future whenever i re-read it. it's about how to make the writing as a memento of my effort dealing with such negativity, and thus not a memento of the negative emotions i had itself. 

no matter how hard i've tried, no matter how much i've been dealing with, i won't ever say this is an easy thing. 

people (should) grow. and so their emotions. different time, different bad things, different negative emotions evoked, different level of maturity needed to deal with them. then the challenges came will not ever be at the same difficulties.

at the first point it might be enough with avoiding the usage of harsh words or sentences. at the second point it shall be improved by avoiding even a glimpse of sense on negativity through all the writings. and finally at the third point, i think it should be perfectly countered by a 'positivity' generated from the complexity of the negativity to begin with. well, it's not like i've been through all those three steps though.

by positivity, i don't mean it as a 'lesson learnt'. in my perspective, negative emotions do not come to give me any lesson. they come to make sure that i grow by giving me some kind of inconvenience to feel and later to overcome.

what's more exciting than challenging yourself to grow through one thing you love to do?


notes : off course any ways to express how i feel, how my heart aches or how my head spins, such as crying or indulging myself with good food, good books and good movies, are allowed throughout the process of transforming those negativity into positivity ;)

24.10.11

jarak.

tak terbilang dengan satuan angka,
tak terbentang di antara dua satuan tujuan,
juga tak tertempuh dengan satuan kecepataan teleportasi.

ia terbilang oleh rasa yang menghitung mundur,
berakhir percaya yang menjejak pada angkasa, berawal bahagia yang jadi landasan pacu,

ia terbentang merangkai dua titik ingatan, tentang lingkaran tertutup dan lingkaran terbuka
dan apa yang ada di antara keduanya, dan bagaimana semua selalu berputar ulang,

dan tertempuh dengan satuan kecepatan bernama keajaiban pemahaman yang berbalas
di antara dua manusia yang dipertemukannya di muka bumi,


dua manusia yang jarak di antara mereka adalah seutuhnya hati.


23.46, sebuah catatan untuk emosi yang berwarna putih kapur

waktu.

waktu bukanlah penyembuh,
karena ia adalah yang terluka
dan hati yang mendewasa adalah pembalutnya
agar ia tidak berjalan terlalu jauh dengan jejak abu.

sebagaimana waktu bukanlah penanda,
karena ia adalah yang tertanda
dan setiap keping rasa yang berada di atas sadar adalah tanda-tanda yang bertaut
agar ia selalu hidup di dalam memori yang menandainya.


8.32, sebuah catatan untuk emosi yang berwarna biru langit

tanya.

adalah mata rasa yang meraba beda, hingga ia bertanya
pada hati, yang juga tak tahu apa jawabnya

lalu teka-teki yang tergelincir menjadi prasangka
membebat luka tipis erat-erat supaya tidak melebarnya

hingga akhirnya segalanya menjadi sejernih angkasa
dan penyesalan tak bisa lagi dirutuk, namun justru melapangkan dada.


8.24, sebuah catatan untuk emosi berwarna merah darah

18.10.11

pada titik tempat ingatan menubruk jalan buntu,
adalah rangkaian kembang api di kejauhan yang memanggilku pulang,
penanda datangnya nusim bunga merah jambu
dan hujan yang sekali-sekali.

sepanjang jalan kembali, aku berlari
demi melihat kembang api terakhir,
dan mekarnya merah jambu pertama
bersamamu.

karena dari sekian rasa ingin tahu,
ada apa di balik jalan buntu, adalah teka-teki yang aku tak berkeberatan menguburnya.

atau, sesekali seperti sekarang ini,
kubawa ia berlari, dan akan kutanyakan ia padamu nanti.

10.10.11

sembilan (nyawa) pendengaran.

ada banyak cara berkata-kata di dunia ini, cara untuk mengatakan apa yang ingin dikatakan, terlepas dari perlu atau tidak. dan yang sudah saya dengar hingga saat ini mungkin masih sekedar satu dua dari seribu. 


maka titiba saya merasa perlu untuk punya sembilan nyawa. sembilan nyawa pendengaran. atau bahkan mungkin lebih. 


supaya hati ini tidak sampai copot. karena kepala membutuhkannya sebagai teman mendengar.


supaya bagaimana nanti saya berkata-kata tidak menjadi yang ke seribusatu.

hello good bye :)

Bersama dengan datangnya musim hujan tahun ini, bersamaan pula dengan masuknya kuartal terakhir tahun 2011, saya memutuskan untuk menikmati saat-saat terakhir bermain aksara di blog ini :)

Bukahkah musim hujan, serakan daun-daun mahoni di atas perkerasan kelabu, dan wangi Cestrum nocturnum adalah perpaduan yang pas untuk memulai sesuatu yang baru? -- Sebenarnya segala sesuatu yang baru bisa dimulai kapan saja. Tapi saya memang sedang gila-gilanya dengan pertanda, jadi sengaja saya memilih tanda-tanda untuk menandai peralihan sesuatu ini. Tentu saja saya akan lebih senang jika semua itu dilengkapi dengan matahari terbit di puncak bukit, atau matahari tenggelam di pinggir pantai, atau pelangi setelah rerintik datang, atau purnama dan sendratari, atau kapsul bianglala di negeri bermulanya waktu, atau dua patah perjanjian antara dua laki-laki.

Tapi sebetulnya semua itu tidak (terlalu) penting :)

Awal dan akhir sudah menjadi penanda mereka sendiri. Hanya saja mereka perlu sang hati untuk mengetuk palu.

9.10.11

seperti warna merah jambu yang berselingkuh dengan warna ungu,
seperti bunga-bunga mawar putih yang terangkai melatari pelaminan,
seperti kebahagiaan yang ingin ditangkap oleh botol-botol berisi surat cinta rahasia,
atau mungkin salah satunya adalah kapsul waktu.

seperti perjalanan rasa yang tak tertebak namun telah tertetapkan rencananya,
seperti air mata yang tidak bosan menemani segala ketakutan dan keraguan,
seperti keindahan sejati yang sabar menunggu waktu untuk menampakkan diri,
atau mungkin akhirnya adalah waktu yang memanggilnya.

||||| 09.10.11 ||||||||

one.


saya sukaaaaaaa sekali lagu ini. didengar berkali-kali tidak pernah bosan. lagu yang membuat saya ingin berhujan-hujanan, atau berguling-guling di lapangan berumput, atau berlari-lari di atas pasir di pinggir pantai, atau menari-nari di bawah guguran daun pohon mahoni, atau meniup bunga dandelion, atau cukup berdiri di dekatmu, sekali saja. juga lagu yang membuat saya harus mati-matian menahan keinginan untuk menyeberangi laut cina selatan.

7.10.11

Ada semacam keraguan yang muncul, bisakah besok kita bertemu kembali. setiap mataku menemukan matamu. Namun hanya sampai di sana. Keraguan tadi semerta menjadi palang akan rasa ingin tahu tentang hari setelah besok, yang, mungkin saja, itu adalah hari di mana akhirnya matamulah yang mencari mataku.

Pernah kamu dengar cerita tentang seorang pencari cinta? Yang memulai perjalannya dari stasiun kereta api. Meliuk lalu ia berjalan mengikuti gunung-gunung hingga akhirnya sampai ia pada laut lepas? Berdiri pada pesisir, ia hanya menghela penat, tidak di sini juga rupanya kamu, cinta.

Kembali melanjtukan perjalanannya untuk pulang, ia memilih menyusuri sungai yang ia tahu akan membawanya kembali pada stasiun semula. Kata mencari cinta pun ia hapuskan dari benaknya. Hanya satu yang ia mau : pulang.

Tiba pada stasiun, ia masuk lewat pintu belakang. Dan menunggunya ada seorang perempuan berkerudung abu-abu dan bermata besar. Lalu hati sang pencari cinta pun berteriak itu dia, yang lepas dariku pada saat pertama kita bertemu, dulu sekali.

Maka kubiarkan saja keraguan ini menjadi palang. Karena kamu tahu, setiap mataku menemukan matamu, jika hatiku lantas berteriak seperti sang pencari cinta, palang itu haruslah luruh sedari awal.


Catatan : bagaimanapun perjalanan mencari-cari matamu itu adalah semacam cermin bagi hatiku untuknya menyadari bahwa ia belum siap untuk mencinta.
hujan adalah airmata matahari,
yang tertunda jatuhnya karena ia menunggu musim,
yang sekali turun, deras. meluruhkan bara yang erat mencekam
yang, sayangnya, abadi.

6.10.11

. . .
Again, you can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life.
. . .


I'm pretty sure none of this would have happened if I hadn't been fired from Apple. It was awful tasting medicine, but I guess the patient needed it. Sometimes life hits you in the head with a brick. Don't lose faith. I'm convinced that the only thing that kept me going was that I loved what I did. You've got to find what you love. And that is as true for your work as it is for your lovers. Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe  is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven't found it yet, keep looking. Don't settle. As with all matters of the heart, you'll know when you find it. And, like any  great relationship, it just gets better and better as the years roll on. So keep looking until you find it. Don't settle.
. . .

No one wants to die. Even people who want to go to heaven don't want to die to get there. And yet death is the destination we all share. No one has ever escaped it. And that is as it should be, because Death is very likely the single best invention of Life. It is Life's change agent. It clears out the old to make way for the new. Right now the new is you, but someday not too long from now, you will gradually become the old and be cleared away. Sorry to be so dramatic, but it is quite true.

Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out our own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.
. . .

Rest in peace, Steve Jobs.

Even I'm not (yet) using any kind of Apple, but sure I am one of those affected by a commencement addressed by Steve Jobs for graduates of Stanford University, delivered on June 12, 2005.
. . .

“In most people’s vocabularies, design means veneer. It’s interior decorating. It’s the fabric of the curtains of the sofa. But to me, nothing could be further from the meaning of design. Design is the fundamental soul of a human-made creation that ends up expressing itself in successive outer layers of the product or service. When you’re a carpenter making a beautiful chest of drawers, you’re not going to use a piece of plywood on the back, even though it faces the wall and nobody will ever see it. You’ll know it’s there, so you’re going to use a beautiful piece of wood on the back. For you to sleep well at night, the aesthetic, the quality, has to be carried all the way through.” — Steve Jobs (via www[dot]archdaily[dot]com)

whenever i think that things are not fair, i chill myself down by asking : "what's 'fair' anyway?"

#selfnote, that has been come over and over again, that the thought must have never arisen unless i left only the uncontrollables.

#bisa juga menganggap ini semacam karma, karena dua tahun lalu saya tidak mengusahakan yang terbaik untuk mewujudkan impian saya waktu itu. ya. anggap saja begitu.

5.10.11

waktu |

mengikuti lekukmu, waktu, aku tercekik
oleh ketakutan akan bagaimana setelah ini?
lupa aku untuk berlari saja mengikuti jejakmu menari,
walau dengan langkah patah-patah.
karena hanya dengan menari rasa takut itu luruh.

mengikuti lekukmu, waktu, tak terkira berapa kali aku mati
pada setiap kelok tak tertanda,
pada setiap jeram yang tiba-tiba.
tuli aku oleh pekikanku sendiri,
supaya dunia tak perlu tahu ketakutan yang berdentam dalam hati.

duabelas.

hujan dan matahari adalah penanda,
musim adalah yang tertanda.
ada yang datang, ada yang kemudian pergi,
ada yang selalu berputar, pada tempatnya selalu kembali.


jika waktu adalah istana,
maka ia pasti terbuat dari pasir tepi pantai
dengan tangan-tangan nakal, terselip dalam setiap bena
yang suka sekali menghancurkannya, sebelum sempat berperi :


leburkan aku kembali pada asalmu,
hingga tak bersisa satu lorong pun bagi waktu
untuk mencuri-curi ingatan tentang sebentuk abadi
yang ia berdiam semata dalam ilusi.

3.10.11

"the hardest part of being a planner is to imagine beyond decades, a real long term, while still having the thought attached to current ground."

#selfnote, originally shouted on February 5th, 2011.
kamu menekan deretan nomor yang sama. berkali-kali,
demi sepatah tanya : tidakkah kamu rindu padaku?

demi matahari,
tidakkah kata-kata sebangsa demikian itu sudah lama terbenam pada barat?

jika kau lihat mataku tak lagi memandangmu,
mungkin benar, aku tidak mau lagi rindu padamu. sungguh pun aku benar tak rindu.

dan sekali lagi demi pagi yang selalu setia pada hari,
tidakkah kita berdua yang sama-sama menyaksikan terbenamnya matahari terakhir kita?

kamu tahu, aku (pun) menekan deretan nomor yang sama. berkali-kali,
(juga) demi sepatah tanya : apakah ada matahari terbit di sana?

2.10.11

laki-laki ikut berputar, dalam kapsul pada mata besar sang negeri,
bukan perbatasan, apalagi negeri dongeng
hanya negeri tempat pintu gerbang menuju langit berpijak
dan bianglala yang tak lagi tujuh warna.


laki-laki ikut berputar, bersama nasib dan waktu yang terpisah aliran sungai
yang padanya perempuan akan datang bersama mimpi dalam tas punggung
juga jam pasir yang dibiarkannya tertidur di dasar perahu.
kepada malaikat-malaikat yang baru saja berlalu-lalang di depanku,
berjuta terima kasih
pasti, tentu dengan izin Sang Pemilik Semesta, akan kucari ia
hingga ke negeri bermata besar yang ada di pinggir sungai.

semoga ia, sang penjaga surga, berkenan menunggu.

say you love me.

Say You Love Me - Simply Red
one of the songs that belongs to "music, i'm in love" category




notes : i'm sorry if this' a double post. i just need to hear this song, to feel at ease for a moment, to feel a little bit better, to feel that still believing is everything.
ia tidak tersesat. hanya sangat menikmati perjalanannya hingga tidak merasa perlu terburu-buru.


dan aku tidak menunggu. hanya mereka-reka cerita dengan pena waktu hingga sampai pada buram yang tak lagi terhitung.


itu pikirku.