12.11.16

malam.

bermalam-malam aku menunda perasaan.
beralasan ringkihnya hati para pemuja cinta juga kebenaran.
bantal-bantal adalah pencatat kejujuran yang sejati.
rasa takut. keputusan. lalu pertanyaan tanpa henti.

sungguhpun bulan punya waktunya.
ia pencinta segala yang rutin.
segala yang terhitung. dan pada tempatnya.
tetap ia sisakan ruang untuk seteru hangat bunga kegelisahan.

aku suka semua yang sederhana.
seperti kamu yang selalu bertanya,
semua namun kebenaran,
perihal yang pasti namun keyakinan.

bermalam-malam aku menunda perjalanan.
dengan alasan tak ada teman,
padahal ia adalah tujuan.

kepada malam-malam yang tak sempat tersimpan,
akan kupenuhi janjiku dalam genggaman.

14.9.16

september 2016.

there are times in life, where all you need is a fit-all kind of hug, a Baymax-Hiro or a Calvin-Hobbes type of hug. there are other times, where all you need is a "don't go, please" kind of request. there are other times, where all you need is none other than letting all of those go, that they just happened to be things not belong to you.

i had a dream, of visiting M and M, of exploring I, of having a slow vacation at K and O, of finally going an E trip, all with the two hands full of other hearts than mine, of baggage not only a single back-not-so-pack. i had a dream of having pieces of paper full of checklist, making sure that nothing would go wrong, while he's busy taking care (read : playing with) him and her. i had a dream that one day, i don't have to live another solitary days.

however i now have an only dream, to become one who'd be well deserved of having such dreams. that dreams never come with only "do come true" but also with "undying responsibility" and "unstoppable after effects".

life is indeed a series of how you make peace with your faith. not with how people perceive it, not with how people expect you to perceive it. not with how you assume it expects you to perceive it.



God loves you. and supposedly, in any way, a vice versa. do you?


27.8.16

ekor.

masih memegang ekor mimpi yang sama,
masih mengelus bulu-bulu halusnya yang sedang tegang,
masih mencoba menggodanya dengan bola-bola karet warna-warni sambil bilang,
"itu pelangi".

dia anak baik, dia hanya minta satu,
tapi aku membacanya satu ratus, kadang, satu ribu.

dia anak manis, sabar menunggu sambil mendengarkan senandung "god doesn't love me".
lalu aku marah. "god loves you for sure."
lalu aku diam, aku ingat, tak bisa aku memastikannya.

dia pun bergeming, masih dengan senandungnya, masih dengan senyumnya.
masih pula dengan sabarnya.

masih memegang ekor mimpi yang sama,
kali ini sambil sedikit waswas.

mungkin aku terlalu erat menariknya dalam genggaman,
mungkin aku terlalu lengah hingga mungkin nanti malam dia lolos.

mungkin aku hanya tidak percaya
pada pilihan sendiri.

mungkin aku hanya terlalu takut
dia meninggalkan aku,
tanpa apa-apa sedikitpun.

mungkin dia (masih) terlalu besar bagiku.
mungkin begitu.


"god loves you. 
too much, he wants you to learn by yourself 
how to get rid of your own inferiority. 

don't disappoint him."

28.7.16

solitary.

dear Azalea,

be strong. stand for yourself. be nice. restrain yourself from talking too much. be brave. listen and read the world wholeheartedly. you are the one who'd be held responsible for the life you build.

and if you have to choose one or two comrades, i pray that your heart would lead you to those who are equal match for you. in good and bad.

because Azalea, i believe you are granted with things no less and no more than that of how much you had fight for.


love and pat,

i.

27.7.16

summer fling.

...
...
...

it’s that time of the year : a summer fling. 
a perfect time when your mind is just illogically getting shaken and your heart suddenly can’t lie. or that time of your life when you realized your heart already was stolen once, but then you secretly hope for the second. you know it’s just not possible.

weird. 
that things happened in parallel all over this universe. that you had your mind busy with destinations, yet your heart is just getting lost somewhere in the wilderness due to signals misinterpretation. speaking of which is why this falling in love to be out of senses. 

it’s (just) a summer fling, i tell you. but it doesn’t mean it could not have an everlasting warm shades as autumn.


===
an excerpt from : http://sketchingstar.tumblr.com/post/120347643987/summer-fling 

27.6.16

[catatan] jalan.

ada banyak jalan untuk bermimpi. ada banyak cabang jalan untuk mewujudkannya. bukan berarti yang saya pilih adalah yang paling benar, atau yang kamu pilih adalah yang terbaik. bukankah kita yang tahu ke mana Dia mengarahkan petunjuknya bagi kita? mungkin saja kan, kiri bagiku dan kanan bagimu.

ada banyak jalan untuk berbahagia. ada banyak cabang jalan untuk merasakannya. bukan berarti kebahagiaan itu menurut saya palsu, atau kebahagiaan ini menurutmu adalah yang sejati. bukankah kita yang tahu bagaimana Dia berkuasa atas hati kita? bukankah mungkin dibolakbaliknya rasa dalam hati kita, hingga yang sejati hanyalah kuasanya yang niscaya.

ada banyak jalan untuk berdamai. ada banyak cabang jalan untuk memeluknya seutuhnya. bukan berarti berdamai dengan masa lalu itu lebih penting daripada kompromi dengan masa depan. bukankah masa selalu bergulir, dan membutir, lalu hanyut bersama buih di samudra, ibu segala kala? bukankah berdamai itu cukup antara kita dan kita saja, karena waktu, sekarang maupun nanti, bukan lawan juga kawan.


15.6.16

penuh.

tidak ada pelabuhan di antara kita,
kita, dua samudra labirin waktu, yang sama-sama mati ditelan perhentian.

arusmu berlawan dengan arusku,
pencarianmu adalah tersesatku, pencarianku adalah tersesatmu.
punggung sama punggung,
tak pernah berarti mata sama mata.

tidak ada yang lebih kurindu daripada
ingatan tentang bagaimana kita berdua sama-sama membungkus
petualangan-petualangan yang tak pernah selesai.

betapa kita tidak matang,
dan tak akan pernah saling mematangkan.

aku cinta kamu. aku cinta kamu.
tapi cinta tidak cinta aku. cinta juga tidak cinta kamu.

ia tidak cinta kita. kita (juga) ternyata tidak cinta ia.

mungkin terlalu penuh masing-masing pada aku dan kamu.
mungkin pertemuan bukan milik hati-hati kita.

dan betapa hati-hati kita lelah,
akan waktu yang tak mau tahu
bahwa sungguh yang aku dan kamu mau
hanyalah menjadi penuh.

the eyes of a heart.

the eyes of a heart don't lie.
whether the mind plays its dirty trick,
or bodies full of betrayal.

those were days of the spinning hearts.
no in between are wide enough,
for question out of question go through.

those were days when people celebrate wisdom,
cheering truths, and dances with genuine kindness.
facts are left behind. depth of thought got the spotlight.

the eyes of the heart don't lie.
it beats along, for as long as being true is the only option.
they had a flowing keeper, in the name of tears.

pining deep.

:: this is an english version of jatuh rindu.

there once a lady inside my head,
she was pining deep off the path
over which a man walk to fade
secretly leaving his corner.

a man who danced with dust,
the truest lover of today.

the lady were beating along with my heart,
nonetheless at her own speed
with hands full of doubt,
unwillingly restraining those feet in pursuit of the wind.

those once residing beside,
together in awe of the silence.

isn't a story exchanged through intertwined solitude:
a house for seekers as him and I?

so let us give way to the lady 
and the man within us, to alter the closure.

3.6.16

light.

:: this is an english version of lampu.


days behind were eminently dimmed.
with the thick clouds,
and patters who lost their way.

those were days of humid air against resignation,
an untitled exhaustion.

but end of days are alike.
all with the soothing silence, the sepia-colored light, and a warm cup of tea.

and you, within reach, an all time dearest.

25.5.16

seruda.

azalea, berhati-hatilah. jangan selipkan racun pada kata-katamu dengan sengaja. dan bermawas hatilah, agar tak sampai pun kau bilang tak sengaja. pada kadarnya, kau harus berani, tanpa harus berbelati. pada waktunya kau harus kuat, tanpa menindas.

lalu bagaimana aku harus berjaga untuk hatiku?

lupakan seruda, azalea. percaya saja pada hatimu, ia penjaga terbaik bagi dirinya. sebelum sampai pada kadarmu, hatimu akan belajar sendirinya untuk jatuh dan sakit, untuk bangkit dan terjungkal, untuk tertatih dan terluka. dan ia akan menerima, dirinyalah pertolongan pertama.

lalu akan tiba nanti sebuah jeda, di mana dia melonggarkan penjagaannya untukmu menjadi penuh dan utuh, untukmu percaya dengan genap.

23.5.16

remah.

pembenaran hanya berjarak satu belokan dari kebahagiaan.
dia sembunyi seperti sebuah pojokan.

ketulusan tidak bisa dinilai,
ketakutan tidak bisa diurai,
mereka berdampingan
mungkin sampai akhir zaman.

aku lagi-lagi termenung,
pada koma-koma kehidupan yang terpasang sembarang
sambil menerka-nerka
kapan titik terpanggil pada akhirnya.

.

ketika aku melepasmu dari goresan-goresan jiwa,
demikian aku tahu, segalanya tidak lagi sama.

remah-remah pada lembar putih ini undur diri
melahirkan ruang utuh bagi jiwa yang (akhirnya) merdeka.

20.5.16

tiga puluh tiga, dan sebelas hari.

hari ini adalah jumat di depan layar
dengan kadar kenangan yang sedikit lebih kuat dari biasanya.
setiap perpindahan adegan, matamu terbayang-bayang,
setiap pertukaran kata, suaramu bergaung.

april tiba pada akhirnya,
akhirnya dari cerita tanpa awal.
ingatan jarak pendek tak kenal jeda dua puluh delapan hari.

ingatan tentangmu itu menyakitkan.
ingatan tentangmu itu selalu penuh dengan ragu-ragu,
penuh senyum tertahan. penuh dengan harap cemas. penuh dengan kecewa.

mungkin memang aku takut padamu,
yang sudah membaur dengan debu-debu hati.
mungkin memang aku lari darimu,
yang jejaknya tertanam kuat dalam benak.

aku tak bisa ke mana-mana,
tidak juga ke hatimu, tidak juga ke benakmu.

layar sudah hitam.
aku di sini, mencoba untuk kesekian kalinya
memecah kristal yang belum terbeku.

.

catatan setelah menonton sebuah sekuel fenomenal di akhir bulan april,
sebuah perayaan yang terlalu sore, sebuah kenangan yang masih berjalan pagi

29.3.16

azalea.

kembali musimmu,
di ujung negeri, di tanah tinggi.

kembali rindumu,
jejak yang tak mau hilang,
rasa yang tak mau menguap.

kembali mimpimu,
lebih untuk diri,
namun pada tuhan dan semesta.

merah.

pernahkah kamu bertanya pada secercah merah,
yang mencari jalannya di angkasa
menebas udara, hingga akhirnya air.

ia membungkus segala tanya dengan segenap hidup yang tersisa,
memukul ragu melawan daya.
meneguhkan hati, mengadilkan pikiran.
menyelam dalam samudra reka
hingga ke dasar masa depan.

sudahkan kamu berhenti menunggu,
merah menyerahkan jawabnya?
karena ia bukan yang ditunggu,
agar kamu tak pernah lelah mencari.

2.3.16

takut.

rasa takut ini ada ujungnya.
tentunya dengan segenap percaya yang tersembunyi di ujung bumi.
pada setapak tanpa batas.

ledakan-ledakan kecil,
bagai busa pada segelas soda tanpa warna.
degup palsu yang detaknya menyarukan taluan arah langkah.

lalu ia tandas.
dalam dahaga pagi yang tanpa kabut,
dingin yang hanya membungkus hati tanpa penghuni.

rasa takut ini berinduk pada satu
pertanyaan yang tidak sejati.

lampu.

hari-hari belakang sungguh temaram.
dengan mendung tebal, dan rintik yang tak jadi-jadi.
lembab bertarung dengan penat.

namun ujung hari selalu sama.
diam, dan lampu kuning, dengan secangkir teh hangat.

lalu kamu yang selalu kukenal sepanjang masa.

23.2.16

diam.

semua punya cara untuk diam.

dengan menghitung hujan.
dengan menunggu matahari.
dengan berdiri pada tebing.
dengan menusuk hati.
dengan mematikan rasa.

semua punya cara untuk diam.
tersimpan dalam peti kemas,
yang dalam perjalanan menuju pulau tak bertali.

semua sibuk berteriak,
kadang berbisik.

yang penting tidak diam.

karena mereka ingin hidup sendiri.

19.2.16

bait yang dirindukan.

tanya-tanya tak harus selalu berjawab,
tapi mereka harus selesai.

terungkaplah,
lalu berdamailah.

kuping-kuping bumi tidak tuli,
mereka merekam setiap tanda tanya yang tertekan.
dan menyelesaikan satu-satu dengan suara
untuk ditangkap hanya oleh hati, sebuah pesan singkat bacalah.

tentu bacalah adalah sebuah niat dengan atas nama,
karena tuhan maha baik,
tak selalu dia hadirkan yang dirindu,
tapi justru disimpannya baik-baik dalam bait.

bait yang dirindukan,
yang nantinya akan penuh dengan jawaban.

yang akan datang pada waktunya.
maka sekarang bersabarlah, dan bacalah.

kembali.

pernahkah aku berterima kasih?

untuk semua bait yang keluar dari hati,
untuk untaian benang kusut yang meresah dalam kepala,
untuk setiap rasa yang bertalu, dan berlalu mencari kristalnya.
untuk ke-ada-anmu yang memenuhi makna pada jatuh hati.

pernahkah aku berterima kasih,
dan memintamu untuk kembali?

2.1.16

nanti.

sampailah di penghujung. kotak-kotak tersusun rapi.
remah-remah cerita tersapu bersih. air mata mengering.
kecuali yang mengalir di pipimu.

berpisahlah pandang-pandangan kita.
kini ada rindu yang takkan pernah matang bergelayut di tepian
selamanya.

senyum bukan lagi milikku untuk kuberikan
jadi tanda terakhir untuk perjalanan maha panjang.

sampai di sini.

karena nanti sudah terlepas dari hati-hati kita.