7.8.11

senyum di balik selimut.

tak pernah ada yang tertinggal dari malam-malam panjang dengan namamu memenuhi seluruh rongga pikir. tak pernah ada keputusan masuk akal yang kubuat dengan tatapanmu membayang pada seluruh dinding hati. bahkan tak pernah ada sepenggal "apa kabar?" yang berani kuluncurkan dari mulut, padahal ia telah berlatih tiga hari tiga malam.

ada selembar daftar bahan pembicaraan yang telah lama tertancap pada papan kerja di sampingku. tentang bagaimana kehidupan di negeri empat musim. tentang pencakar-pencakar langit yang dulu sama-sama kita lihat dalam buku-buku kuliah. tentang bagaimana menyebalkannya ujian di setiap akhir semester kuliah, baik dulu maupun sekarang, baik di sini maupun di sana. tentang penatnya bekerja sehari semalam. tentang merahnya mata akibat layar komputer yang tak mau mati dan tumpukan buku yang tidak juga habis dibaca. tentang kekasih...mu. tentang kekasih...ku.

lalu tentang jejaring tak kasatmata penyaru yang dekat dan yang jauh. seperti kamu dan aku. di mana dalam ruang kita mungkin berjarak sepelemparan batu, namun dalam waktu kita berjarak selamanya. tak adakah tera pada keduanya?

tapi kau sendiri sudah terlalu besar untuk terbagi ke dalam sekat-sekat kepalaku,
dan bayanganmu sudah terlalu pekat untuk membungkus tipis-tipis bilik hatiku.

tak pernah ada yang mewujud dari malam-malam panjang yang sia-sia ini,
kecuali senyummu yang mengikutiku hingga ke balik selimut.