adalah langkah terlarang, saat tapak mendarat tajam pada rasa yang baru saja lahir,
membunuhnya bahkan saat ia belum juga punya nama.
lalu, ada pula rasa-rasa lain yang ikut tertebas belakangan,
demi cinta yang ia yakini ada di belakang mereka.
padahal ternyata dia semu.
penipu yang berdiri paling akhir, tersenyum sinis, sambil
bagaimana rasanya menginjak yang sebenarnya kau cari selama ini?
bagaimana rasanya melangkahi yang kau sangka mati, padahal ia (masih) megap-megap dengan sisa perih yang kau toreh?
tapi bukankah (memang) hanya ada penipu untuk penipu?
.
catatan :
ada semacam dendam, yang terlupakan selama hampir belasan tahun, yang hingga hari ini masih belum juga bisa tertuang sempurna dalam sebentuk tulisan. apalagi cerita. apalagi puisi. demikian belum juga sempurna terlepaskan dan diikhlaskan.
mungkin memang puisi bukan untuk melukiskan sebentuk kesumat.
No comments:
Post a Comment