4.8.11

4 | kesehatan.

Tahun ini dua kali sudah saya terkena serangan flu, dengan tahap-tahap seperti ini : h1--tenggorokan sakit, mata perih dan sedikit pusing; mirip gejala panas dalam >> h2--radang tenggorokan semakin menjadi, ditambah gejala flu, sedikit pusing dan demam >> h3--radang tenggorokan sedikit menghilang, flu semakin menjadi, kadang ditambah batuk dan pusing serta demam >> h4--flu dalam kondisi parah-parahnya, demam, pusing, lemas dan mudah sekali berimajinasi seakan sudah melakukan ini dan itu, padahal belum >> h5--flu sedikit membaik, demam, pusing dan lemas juga mulai berkurang >> h6&h7--kondisi mulai membaik.

Masalahnya, terkena serangan sakit, walaupun mungkin "hanya" flu (plus plus demam, pusing dan radang tenggorokan), pada waktu-waktu sekarang di mana kata "tesis" mendadak muncul di mana-mana sungguhlah menguras energi. Apalagi di saat-saat demam dan pusing, sering sekali didatangi mimpi-mimpi aneh, semisal mimpi dimarahin dosen-dosen pembimbing, mimpi sidang (padahal jadwal belum keluar), lalu mimpi seakan-akan berada di dalam ruang yang dikelilingi oleh kertas-keertas berilustrasi diagram, tabel, peta dan entah apa lagi. Lebih parah lagi, kalau di dalam mimpi itu, ceritanya di depan saya terpampang layar komputer besar dengan program pengolah fotografis yang sedang menyala dilengkapi dengan perintah tertentu, dalam hal ini yang bersimbol pipet (maaf, istilah ini memang agak lokal).

Intinya, sakit itu nggak enak, apalagi di bulan puasa seperti ini. Dan saya sedang tidak ingin terlalu banyak merecoki tubuh saya dengan obat-obatan kimia. Tapi setelah tiga hari, rasanya nggak tahaaaaannn *lebay*. Dan akhirnya saya pun menyerah dengan menenggak sebutir kaplet obat flu. Hiks. Apa boleh buat. Saya sedang dalam kondisi tidak boleh tumbang lebih dari seminggu.

Walaupun saya percaya tubuh punya bahasanya sendiri untuk mengirimkan tanda pada kita bahwa ia perlu diperhatikan lebih, kadang saya justru (dengan sengaja) memilih untuk (pura-pura) tidak mendengarnya.

Dilematis memang. Di satu sisi, tubuh adalah titipanNya yang juga harus kita jaga agar ia dapat berfungsi optimal bagi kita, termasuk sebagai alat utama yang membantu kita mengejar cita-cita. Namun di sisi lain, demi mengejar si cita-cita, si tubuh pun menjadi terabaikan, dimanfaatkan habis-habisan dengan anggapan harapan dia tidak akan kenapa-kenapa. Sekali lagi, dilematis. Saya pun masih sering untuk memilih yang kedua tersebut.

Tapi kalau sudah begini, nggak bisa apa-apa juga kan? Kepala pusing dan badan meriang, belum jika ditambah batuk dan hidung yang terus-menerus mengeluarkan suara aneh, mana bisa diajak berpikir, apalagi bekerja. *Tapi  masih sempat ya mengetik sepanjang ini???*


Laptop aja bisa protes dengan blue screen *loh*.

No comments: