adalah mata rasa yang meraba beda, hingga ia bertanya
pada hati, yang juga tak tahu apa jawabnya
lalu teka-teki yang tergelincir menjadi prasangka
membebat luka tipis erat-erat supaya tidak melebarnya
hingga akhirnya segalanya menjadi sejernih angkasa
dan penyesalan tak bisa lagi dirutuk, namun justru melapangkan dada.
8.24, sebuah catatan untuk emosi berwarna merah darah
No comments:
Post a Comment