7.10.11

Ada semacam keraguan yang muncul, bisakah besok kita bertemu kembali. setiap mataku menemukan matamu. Namun hanya sampai di sana. Keraguan tadi semerta menjadi palang akan rasa ingin tahu tentang hari setelah besok, yang, mungkin saja, itu adalah hari di mana akhirnya matamulah yang mencari mataku.

Pernah kamu dengar cerita tentang seorang pencari cinta? Yang memulai perjalannya dari stasiun kereta api. Meliuk lalu ia berjalan mengikuti gunung-gunung hingga akhirnya sampai ia pada laut lepas? Berdiri pada pesisir, ia hanya menghela penat, tidak di sini juga rupanya kamu, cinta.

Kembali melanjtukan perjalanannya untuk pulang, ia memilih menyusuri sungai yang ia tahu akan membawanya kembali pada stasiun semula. Kata mencari cinta pun ia hapuskan dari benaknya. Hanya satu yang ia mau : pulang.

Tiba pada stasiun, ia masuk lewat pintu belakang. Dan menunggunya ada seorang perempuan berkerudung abu-abu dan bermata besar. Lalu hati sang pencari cinta pun berteriak itu dia, yang lepas dariku pada saat pertama kita bertemu, dulu sekali.

Maka kubiarkan saja keraguan ini menjadi palang. Karena kamu tahu, setiap mataku menemukan matamu, jika hatiku lantas berteriak seperti sang pencari cinta, palang itu haruslah luruh sedari awal.


Catatan : bagaimanapun perjalanan mencari-cari matamu itu adalah semacam cermin bagi hatiku untuknya menyadari bahwa ia belum siap untuk mencinta.

No comments: