bahkan pada relativitas pun ada satu titik acu,
yang terhadapnya abu-abu dapat mengatakan bahwa ia ada di antara hitam dan putih.
dalam segala ketidakpastian,
mungkin hanya semesta yang paling beraturan dalam ketidaktertebakannya. jadilah ia titik itu.
tapi ia terlalu luas.
maka carilah mata-mata yang tersebar di penjurunya,
mata-mata milik jiwa-jiwa yang dulu pernah saling berjanji untuk bertemu
pada suatu masa setelah kaki-kaki menjejak bumi yang satu.
tidakkah dulu itu semua sama-sama melihat betapa kecilnya semesta,
dibandingkan hidup yang (bahkan) belum sampai?
lalu sekarang lihatlah,
tidakkah hidup itu telah menjadi besar dengan semesta sebagai pusatnya?
No comments:
Post a Comment