2.6.11

as fast as she can *)

*) judul episode ke-23 dari serial "How I Met Your Mother" musim ke-4


Tentang jodoh, selama ini saya selalu gelisah sendiri, bertanya-tanya, "dia ada di mana ya?" atau "kenapa dia nggak datang-datang?" atau "dia pasti akan datang nggak sih?" Yah, pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada satu orang pun yang bisa menduga apa jawabannya. 


Lalu, setelah menonton episode tersebut saya tiba-tiba berpikir, bagaimana kalau semua ini dibalik? Bagaimana kalau ternyata saat ini, dia --seseorang yang seharusnya adalah jodoh saya itu -- lah yang sedang sangat gelisah, mungkin sesekali sambil mengeluarkan decakan tak sabar -- persis sama seperti yang saya lakukan -- dan bertanya-tanya, "ada di mana dia?" atau "harus saya cari kemana lagi dia?" Bagaimana kalau selama ini ternyata saya yang sangat lambat dalam berjalan menujunya? Bagaimana kalau selama ini ternyata saya belum melakukan yang terbaik untuk bisa datang ke tempatnya dengan secepat-cepatnya? Bagaimana kalau sebenarnya "tempat pertemuan" kami sudah ditetapkan dan segalanya hanya bergantung pada kecepatan masing-masingdari kami untuk mencapainya? Mungkinkah selama ini kami sama-sama kebingungan di tempat yang salah? Mungkinkah dia sudah mencapai tempat itu terlebih dulu, lalu karena tidak menemukan saya di sana dia lalu pergi lagi? Mungkinkah sekali waktu saya pernah melewati tempat tersebut tanpa mengetahui bahwa di sanalah saya akan bertemu dengannya sehingga saya berjalan agak buru-buru sambil sedikit menunduk dan hampir saja menabrak bahunya yang -- juga tanpa mengetahui bahwa itu adalah tempatnya -- berjalan terburu-buru dengan pandangan lurus ke depan?


Sekali lagi, seperti yang John Mayer lagukan pada "Love Song for Noone" : "I could have met you in a sandbox. I could have passed you on the sidewalk. Could I have missed my chance and watched you walk away?" 


Tentang jodoh ini, yang ada bukan "saya belum menemukannya" atau "dia belum menemukan saya", tapi "kami belum bertemu, pada tempat dan waktu yang benar". Sesederhana itu. Kelihatannya. 


. . . 


Jadi, ayo selesaikan tesis ini! Dan segera pula mainkan dengan betul Sonata No.16 dari Schubert. *loh*
Tinggal dua bulan saja waktu yang tersisa. Kali ini biarkan Tuhan yang menenangkan sepasang hati yang gelisah : "Dia sedang menujumu, kali ini dengan berlari, secepat yang dia bisa. Ayo, kamu juga harus berlari secepat yang kamu bisa, menujunya. Di mana tempat pertemuan kalian? Semua sudah tercatat. Hati kalian tahu. Dan pada waktunya, kalian akan sama-sama menyadarinya."

2 comments:

Titis said...

semangat thesisnya ya :) I'm done with season 6 anyway and when I was the final episode that barney get married, it shocked me. Never knew how life could change that easy, what? :)

dinikmatin aja wid prosesnya, percaya aja kalo ketemunya di tempat yang tepat dan moment yang tepat. inget episode si ted jadi barney-wannabe be deh. ternyata si mothernya ada di party yg sama. but guess what, they didn't met that day. because ted was not good enough for him at that time. i bet you want him as perfect as he can be ;)

*peluk jauh widy* miss you, anyway :)

astri said...

makasih Tiez :)

well, on this matter, Ted taught me a lot, and surprisingly so did Barney, and Robin.

and you're right. i want to meet him at my best. and i want him to meet me at his best, too. at a perfect version of ourselves.

but some of times i just can't help it. kalau hal ini ternyata bisa sangat mendistraksi pikiran gw yang harusnya fokus ke tesis.. hehe :p

*sending you my big hug from here :) *i wish i could hug you in real*