Bermula pada satu masa, di mana arah masih menjadi sesuatu yang terhitung. Seribu langkah ke kanan. Seribu langkah ke kiri. Seribu langah ke belakang. Dan seribu langkah ke depan. Pada satu titik, semua menjadi bulat.
Bulat. Bukan genap. Karena pada titik tadi, genap hanyalah ilusi. Ia bernaung pada pertautan hitam dan putih. Pada titik tadi, rasa telah mati, sekalipun semata suri. Dan genap, sebagai penanda keutuhan, menjadi sesuatu yang ganjil. Sebagaimana ilusi, ia antara ada dan tiada.
Bermula pada satu masa tentang bagaimana sebuah hitungan berawal.
.
Nol.
. . . . . . .
Catatan :
Tulisan berlabel [1983] terinspirasi dari sebuah komik Jepang (manga) karya Fuyumi Souryo yang berjudul MARS. Komik ini pernah diangkat ke dalam bentuk seri drama di Taiwan dengan judul yang sama. Tokoh utama laki-laki pada cerita ini bernama Rei yang berarti "nol".
Membaca cerita ini, saya menyadari kembali ada banyak sekali cara untuk mengerti karakter seorang manusia. Juga bahwa tidak pernah ada generalisasi yang tidak tergoyahkan. Di satu sisi, hitam dan putih mungkin memang masih menjadi perspektif yang paling mudah dalam membantu memahami sebuah karakter (karena tentu saja akan ada begitu banyak kemungkinan yang bisa diasumsikan saat menggunakan perspektif abu-abu).
Ada banyak alasan mengapa saya menyukai cerita ini. Salah satunya adalah karena penggambaran karakter-karakternya yang sangat kuat (walaupun hampir seluruhnya bernuansa depresif), disertai dengan ilustrasi yang sangat pas. Membaca karakter-karakter dalam cerita ini membuat saya merasakan kembali betapa menyenangkannya membangun karakter-karakter fiktif di dalam kepala untuk hidup dan menjalani satu rangkaian cerita yang bukan kehidupan kita sendiri.
No comments:
Post a Comment