yang (akan) dibawanya hingga mati,
dengan atau tanpa jawaban.
dekapan bunda adalah jawaban pertama,
sedang jawaban kedua hingga akhir (harus) ditemukannya sendiri,
di ujung dunia, atau di ujung hati.
lalu bisikan ayah adalah petunjuk akan teka-teki besar semesta,
yang diselipkannya pada doa.
bentuknya adalah nama, teman perjalanan seumur hidup.
perempuan mati, lalu menanggalkan segala tanya,
yang digantungnya pada dua malaikat pembawa catatan berwarna hitam dan putih.
segala jawab dikandungnya dalam senyum,
bahwa ia kecil bagi dirinya, dan bahwa ia besar bagi semesta.
. . .
Sebuah catatan membaca Zarah hingga halaman ke-206 "Partikel" karya Dewi 'Dee' Lestari. Belum setengah perjalanan, tapi entah mengapa saya sudah merasa yakin bahwa saya tidak akan pernah bisa menuliskan ulasan tentangnya. Perjalanan membaca "Partikel" dari awal, hingga halaman ke-206 tersebut (ternyata) adalah pengalaman yang terlalu personal. Jika membaca Putri dan Kesatria saya seakan disodorkan tentang masa depan, membaca Zarah, saya dipaksa menyelam pada masa lalu, pada lembar yang tidak (pernah) selesai. Saya tidak tahu, perasaan seperti apa yang akan menunggu saya di akhir perjalanan membaca "Partikel" secara utuh. Tapi saya tahu, Zarah adalah pelajaran bagi saya untuk menerima yang tidak selesai, untuk menyadari keberadaan mata rantai yang hilang tanpa perlu mencarinya.
No comments:
Post a Comment