8.3.11

28 #1

Salah satu quote yang paling saya suka bulan ini adalah : 



"It’s so hard to forget pain, but it’s even harder to remember sweetness.
We have no scar to show for happiness. We learn so little from peace."
— Chuck Palahniuk

Memang betul rasanya kesedihan dan luka hati meninggalkan jejak yang lebih dalam daripada kebahagiaan. Biasanya yang terakhir ini bahkan begitu tipisnya hingga cepat sekali tersapu angin. Sehingga susah sekali memang untuk menjawab, "kenapa kamu bahagia?" Tapi untuk keseribu kalinya juga saya akan berkata, "apakah harus selalu kamu tambahkan tanda tanya di belakang kata bahagia itu?"

Kebahagiaan memang lembut dan manis. Karena itu dia tidak pernah memaksa untuk meninggalkan jejak, apalagi diingat. Jika memang waktunya bertandang, ia akan secara alami terasa oleh setiap denyut dalam ruang yang disinggahinya itu. Jika memang waktunya pergi, maka ruang bernama hati tadi pun akan selalu menjadi rumahnya. Rumah kebahagiaan.

Mungkin akan sering terdengar semacam nasehat, "never take happiness for granted". Tapi, jika dirasa-rasa, jika kebahagiaan tadi sedang melingkupi kita, apakah kita akan tetap mengingat hal-hal lainnya yang membuat rasa bahagia itu menjadi hambar? Pasti tidak. Kebahagiaan, sayangnya, adalah sesuatu untuk diterima sebagaimana dia adanya. Dengan lembutnya, manisnya, ringannya, termasuk jejaknya yang mudah terhapus.

Kebahagiaan juga akan bertumbuh, seiring dengan bagaimana ruang hati kita memberinya tempat yang lega untuk bernafas. Ia bertumbuh, bersama dengan jiwa yang semakin matang, juga pikiran yang semakin dewasa. Kalau kamu bertanya, "lalu mengapa nampaknya anak-anak kecil itu lebih berbahagia dibandingkan kita yang sudah tua ini?" Itu mungkin karena kamu tidak mau menerima bahwa di dalam diri mereka sudah bersemayam secara alami bentuk kedewasaan yang paling sempurna.

Setelah ini, apakah lalu kamu akan berusaha membuat kebahagiaan diam lebih lama? Dan atau kalau pun ia harus pergi, kali ini kamu akan membuatnya meninggalkan jejak yang lebih dalam dari biasanya? Atau apakah kamu akan memaksanya untuk menggores hatimu dengan pisau agar meninggalkan luka yang bisa selalu mengingatkanmu padanya?

Kamu lupa. Kebahagiaan tidak perlu tempat dalam memori. Ruang hati adalah rumahnya. Dan hati tidak perlu harus mengingat setiap kebahagiaan yang melewatinya. Karena kebahagiaan sejatinya milik semesta, dan sepotong hati adalah partikel yang menyusunnya. Tidak perlu susah-susah mengingat kebahagiaan. Ia milikmu.

No comments: