1.9.13

putih.

ingatkah kamu ketika suatu hari kita bertengkar tentang warna purnama?
kamu bilang bahwa ia gading seperti kelambu tua di kamar nenek. aku bilang ia oranye seperti matahari pada gambar-gambar anak kecil. lalu dia datang dan bilang bahwa ia putih.

lalu ingatkah kamu ketika beberapa lama setelah itu kita saling berbicara tentang rasa sepi?
kamu bilang sepi itu seperti warna merah yang tegar sendiri. aku bilang ia seperti warna biru yang sendu. lalu lagi-lagi dia datang dan bilang bahwa sepi itu lagi-lagi seperti warna putih.

akhir-akhir ini kita sibuk menginginkan hal yang tidak biasanya kita inginkan. kamu dan aku sama-sama ingin menulis cerita pendek saja, tentang persaling-silangan warna-warna, yang berakhir dengan putih. hingga di akhir hari, kita tidak juga bisa mengingat mana yang berlawan dengan mana. lalu ia datang, duduk di antara kita dan bercerita. tepatnya menelurkan dari mulutnya pasangan-pasangan warna yang (tadinya) ingin kita rangkai itu. persis. kamu lalu mencatatnya, berterima kasih, kemudian pergi.

tinggal aku dan rasa ingin tahu yang masih bersisa : kenapa putih?

dan ini katanya : tidakkah kamu ingat, sebelum mata kita, bukankah segala sesuatunya adalah putih?


rasa penasaranku pun (rasa-rasanya habis).

No comments: