waktu itu...
.
tangan kiri ayah menghalangi sinar matahari pukul tujuh pagi,
ia itu lewat sedikit dari sinar-sinarnya kala terbit yang memilin detik-detik dengan halusnya.
tidakkah kamu pun terpukau?
tangan kanan ayah memegang erat-erat pundakmu,
kamu ingat? ia bilang tegas-tegas :
naik sampai puncak, supaya kamu adil, tajam pikiranmu dan halus perasaanmu.
aku di sebelah kananmu,
berjongkok, sibuk merangkul badan kecilmu
sambil lalu berbisik :
lihat langit biru di atas? ia adalah batas yang menembus batasnya sendiri.
di sini tempat yang sempurna untukmu membuat janji dengan diri.
di sini adalah sedekat-dekatnya jarak antara kamu dan hatimu.
.
...waktu aku masih percaya pada negeri bernama dongeng
No comments:
Post a Comment