jika kemarin hatiku jatuh pada tuturmu,
maka hari ini jiwaku luluh pada senandungmu.
aku lemah pada aksara,
apalagi yang terjalin rapi, dan mengetuk pada kotak jendela yang tepat
yang tersenyum seadanya, dengan ketulusan yang lebih dari apa yang ada
persis seperti mereka yang kamu rajut.
apakah berpena jemarimu saat ini, tuan?
kiranya sudi tuan menangkap jatuhnya sang rasa
ke dalam botol tinta hitam aspal, penerus aksara yang bermain dalam kepala,
atau (mungkin hati?) tuan.
demikian hatiku tak kan patah,
karena rasa yang dikandungnya lalu jadi nafas bagi tutur terlukis yang membuatnya jatuh.
. . .
begini rasanya jatuh cinta. setengah mati. pada bercarik tulisan.
menyisakan harap-harap cemas agar tak jatuh cinta (sekalian) dengan sang penulis.
No comments:
Post a Comment