11.6.12

tidak berdefinisi.

Hampir segala sesuatu, jika sudah bersinggungan dengan perasaan, sesedikitnya pun, tidak dapat dikatakan memiliki definisi. Karena definisi membatasi, sedangkan perasaan adalah tanpa batas. Definisi kental dengan ketertebakan, sedangkan perasaan (ternyata) sangat penuh dengan kejutan.

Seperti bagaimana kapal di belantara samudra.



"Kapal Dilanda Badai" (Raden Saleh, 1837)
Galeri Nasional, Jakarta


Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan "Kapal Dilanda Badai". Sejujurnya adalah lukisan pertama yang saya lihat dalam pameran karya Raden Saleh yang berhasil secara langsung menarik hati saya. Pertempuran antara kekuatan dan ketakutan. Terombang-ambing. Terhempas. Begitulah kepala saya mencoba menerjemahkan lukisan ini. Sayangnya tidak berhasil. 

Saya hanya merasa gelisah. Tanpa tahu sebabnya. Gelisah yang menenangkan. Sebuah paradoks, memang. 

Rasanya saya bisa betah berlama-lama di depan satu lukisan ini. Memandangnya lekat-lekat tanpa merasa perlu menganalisis setiap detilnya. Karena masing-masing lekukan hasil sapuan kuas adalah sebuah apa adanya yang terlupakan. Saya hanya perlu mengingatnya. Cukup begitu saja. 

Setelah mengingat, gelisah datang. Lalu nanti ia (justru) akan berbalik menjadi penenang. Bahwa terlupakan adalah bagian dari sebuah putaran dalam hidup.

No comments: