Ketika kita meminta kepada Tuhan untuk didekatkan pada hal-hal baik dan dijauhkan dari hal-hal buruk, ada dua cara (yang saya rasa sudah saya lihat sendiri) Tuhan mengabulkannya. Yang pertama, kamu ditempatkan di tengah hal-hal baik, atau yang kedua, kamu ditempatkan di tengah hal-hal yang (mungkin) tidak baik. Dua-duanya adalah ujian. Yang pertama, adalah ujian dengan kemudahan, dan yang kedua, adalah ujian dengan kesusahan (atau tantangan). Keduanya adalah sama-sama untuk menguji keteguhan keinginan kita berada di dekat hal-hal baik dan jauh dari hal-hal buruk. Yang satu menguji ketergodaan kita untuk larut dalam kesenangan, dan yang satu menguji kesabaran kita untuk tidak luluh pada kesedihan.
Karena sesuatu yang sifatnya akhir, sudah disiapkan olehNya di ujung. Dan selama kita masih bernafas saat Dia memberikan kita jawaban atas permintaan tadi, maka bolehlah kita yakin ini belum ujung. Maka itu adalah kata lainNya untuk kita dari pikirkan baik-baik apa arti jawabanKu ini menurutmu, jangan terlena dan jangan berputus asa. Lalu yakinlah dengan seyakin-yakinnya, bukan berdasar akal. Karena akal seharusnya sudah mendahului sedari awal. Bukan pula berdasar rasa. Karena kamu tak tahu apa yang menyusup di sana.
Maka apabila kita dilingkari oleh hal-hal baik, bersyukurlah. Dan jangan berlarut dalam rasa aman yang ilusif. Dan apabila kita dilingkari oleh hal-hal buruk, mohon ampunlah. Dan jangan berlarut dalam rasa takut yang bisa jadi hanya imajinatif.
Jauhkanlah kami, Tuhan, dari membaca jawabanMu sesukanya.
No comments:
Post a Comment