matahari sore berbisik pelan
pada pagi yang mengikutinya dari belakang,
"tidakkah kamu mau sesekali ambil jalan memutar?
siapa tahu kita bisa bertemu muka sama muka pada salah satu bujur..."
lalu pagi berkata begini,
"tidak bisa,
karena ada jejakmu untuk aku ikuti,
bukan aku yang membuat jejak untuk diam-diam nanti kamu ikuti dari belakang.
tapi,
kamu tahu bukan aku tak berjejak?
jika aku ambil jalan berbalik,
tak ada satu pun bujur yang akan jadi tempat pertemuan kita.
begini,
setiap bujur mencatat pertemuan kita.
dengan tanganmu di belakang, dengan tanganku di depan,
mereka bertaut oleh bayang-bayang yang hilang pada malam."
hening, lalu matahari menjelang malam kembali berbisik
pada pagi yang selalu setia di belakangnya,
"tidakkah kamu ingin sekali saja melawannya,
untuk mengetahui bagaimana mencintaiku dengan menghadapiku,
bukan dengan membuntutiku?"
hening.
pagi bungkam, terdiam di tempat.
hingga malam menelannya, selamanya.
ia tak pernah tahu bagaimana mencintai matahari seutuhnya.
matahari, jiwanya.
lalu matahari,
tak ada yang bertanya tentangnya.
No comments:
Post a Comment