18.2.13

[film] catatan tertinggal tentang RECTOVERSO.

Menonton Rectoverso, bagi saya, adalah menonton bagaimana cinta-cinta mencari jalan. Jalan keluar dan jalan masuk. Dari hati, ke hati. Tagline-nya "Cinta yang Tak Terucap" cukup menjawab hati saya yang berdenyut kencang sesaat setelah selesai menontonnya. 

Bahwa ada logika-logika yang tak bernalar. Bahwa ada tanda-tanda yang menolak untuk terbaca. Bahwa ada pesan-pesan yang bersembunyi di balik punggung, atas nama penantian yang bersaling-silang. Bahwa ada cinta yang cukup berbentuk sebidang punggung. Bahwa ada perjalanan rasa yang bercabang, tanpa sebuah niat mematahkan.

Dan saya pun (akhirnya) harus berbesar hati menerima adanya cinta-cinta yang tidak (perlu) terucap. 
Cinta-cinta yang teruapkan oleh semesta, lalu abadi bersama bergulirnya usia. 
Cinta-cinta yang menghidupkan, namun bukan untuk dibawa (hingga) mati.

.
Sungguhlah film ini membumikan karya awalnya dengan begitu hidup. Dengan visualisasi indah yang tidak lebih, tidak juga kurang. Dengan musik-musik latar yang mengalirkan adegan demi adegan dengan rapi, tetap dengan kekuatan cerita masing-masing. Dengan akting yang, jika boleh, ingin sekali saya beri sepuluh jempol, untuk semua pemeran, tanpa kecuali. Dan tentunya salut untuk kelima sutradara perempuan yang dengan cantiknya melahirkan Rectoverso ke layar bioskop. 

"Malaikat Juga Tahu" -- salut untuk Lukman Sardi dengan perannya sebagai "Abang" yang sukses membuat saya menahan nafas di saat adegan-adegan terakhir.
 "Curhat buat Sahabat" -- friend-zoned chemistry yang sempurna, lukisan gemerlap yang menyayat tentang dua pesan tak sampai. Ini adalah kesukaan saya :)
"Cicak di Dinding" -- (ehem) maaf, tapi sejujurnya pada bagian ini saya tersesat...
"Firasat" -- saya sangat suka setting dan detail properti cerita ini. Senja dan sepedanya, buku Larasati, dan jalan tanah dengan pohon berderet di kiri-dan kanan. 
"Hanya Isyarat" --  tentang cinta yang bermula dari punggung, berhenti pada cerita, dan dicukupkan oleh warna bola mata. Cinta dan spatio tempora. Dan sebuah kata "cukup".
.
Beberapa karya, saya sebut luar biasa, bagus, atau biasa-biasa saja. Beberapa karya, ingin saya sampaikan ucapan terima kasih. Film Rectoverso adalah salah satu yang terakhir :)


No comments: