18.1.15

januari.

setiap dinding jiwa punya gelisahnya masing-masing.

ada yang tersamar lukisan semburat merah matahari terbit, tergantung sempurna pada sisi pertama. ada yang cukup tersapu dengan cat tembok berwarna abu-abu. ada yang siap terpasang, namun paku terpalu tak tepat pada titiknya. ada yang menetap dengan tirai tipis berwarna putih.

dan setiap gelisah punya payung peneduhnya, genggaman jemari penenang, atau sepasang telinga yang selalu ada. setiap gelisah adalah hujan bukan badai, ketukan tak berirama pada lapis kaca di atas meja, dan cerita yang melingkar.


tuhan maha adil.

sebuah gelisah tak kan lahir, tanpa hembusan nafas yang memeluknya.
dan setiap hembusan nafas adalah pilihan untuk berserah pada kesadaran.


setiap dinding jiwa punya gelisahnya masing-masing.
dan tidak semua gelisah adalah tanya.

No comments: