karena cinta yang sejati, tidak mengenal waktu
siang atau malam, juga tengah malam
cinta yang sejati, menantang segala sesuatu
badai di siang bolong, atau rintik gerimis di menjelang dini hari
demi sebuah raja malam yang sedang mekar,
demi bersama-sama bermesra dengan serpihan semesta yang memancar darinya
cinta yang sejati, bilang itu adalah energi
lalu menangkapnya penuh-penuh dalam kedua telapaknya yang halus
bukan untuknya sendiri, tapi untuk belahan jiwanya
yang duapuluhsembilan tahun lalu menyapanya pertama dengan sungsang
cinta yang sejati, mengusapkannya pelan
pada muka, pada dada
pada seluruhnya,
yang diberinya nama anak perempuan
cinta sejati itu,
namanya ibu.