14.12.12

wijayakusuma 12 12 12

karena cinta yang sejati, tidak mengenal waktu
siang atau malam, juga tengah malam

cinta yang sejati, menantang segala sesuatu
badai di siang bolong, atau rintik gerimis di menjelang dini hari

demi sebuah raja malam yang sedang mekar,
demi bersama-sama bermesra dengan serpihan semesta yang memancar darinya

cinta yang sejati, bilang itu adalah energi
lalu menangkapnya penuh-penuh dalam kedua telapaknya yang halus

bukan untuknya sendiri, tapi untuk belahan jiwanya
yang duapuluhsembilan tahun lalu menyapanya pertama dengan sungsang

cinta yang sejati, mengusapkannya pelan
pada muka, pada dada
pada seluruhnya,
yang diberinya nama anak perempuan


cinta sejati itu,
namanya ibu.