aku (kembali) bertanya,
kali ini bukan kepada senja - jawabnya pernah menjadi sebuah cukup -
tapi kepada hati.
yang gelisahnya terpelihara,
dulu dengan bercangkir kopi hitam
kini dengan segelas cokelat panas.
begini : "apakah masih kamu mencari?"
tak berjawab. (ah, tapi dulu pun senja baru menjawab pada panggilan ketiga)
lagi : "apakah masih kamu menunggu?"
tak berjawab. (ya, ini masih panggilan kedua)
sekali lagi : "apakah masih kamu berlari kencang di tempat?"
pun masih ia diam. (baiklah, ini sudah yang ketiga)
aku pun (lagi) bertanya,
tetap kepada hati - karena hanya dia yang bisa menjawabnya -
"apakah masih kamu ingin sembunyi?"
dan pelan,
ia rebah.
ke pangkuan rasa yang berakar pada pemiliknya.
No comments:
Post a Comment